1. Nama Spesial Untuk Cerita Besar...
Ningsih.
Di dalam beberapa cerpen yang pernah gue
tulis dan pastinya gue posting, ada beberapa karakter cewek yang gue beri nama
Ningsih. Nah, takutnya temen-temen ngira bahwa nama Ningsih adalah karakter
cewek yang “sama” pada setiap cerpen yang gue tulis. Untuk menebus dosa gue, gue akan menjelaskan arti Ningsih bagi gue. Karena kenyataannya, Ningsih yang
gue tulis itu beda-beda. Coba baca “Dia Orang Yang Gue Semogakan (Scane Satu).” Dia adalah Ningsih yang masih disini.
Nggak kemana-mana. Masih dihati.
2. Gue sangat menghargai peran Ningsih
dalam hidup gue. Entah dalam kehidupan nyata, entah dalam cerita.
Ningsih adalah karakter cewek yang
pertama kali gue tulis pada Januari 2014 waktu itu judul cerpennya Cinta Dalam Kode, temen-temen bisa baca disini. Cinta dalam kode bercerita tentang gebetan
yang ngambek karena gue cerita soal mantan pacar. Kejadian itu terjadi pas
akhir Desember tahun 2013. Karena dia ngambek, dengan lantang, dia ngusir gue dari
kamar kosannya. Waktu itu hujan deras banget, kalo gue paksa untuk pulang, gue
pasti basah kuyup. Karena nggak mau masuk angin apalagi kesamber petir. Akhirnya,
gue menunggu di depan pintu kamarnya. Beberapa menit kemudian, si gebetan
nongol. Dia keluar nyariin gue. Pas ngeliat gue nunggu disamping pintu
kamarnya. Mukannya langsung pucat syahdu lantaran malu. Entah seneng atau
bingung karena ada gembel yang nungguin dia. Setelah kejadian itu, gue jadi
kepengen banget nulis kejadian itu untuk dijadikan kenangan, seandainya suatu
saat nanti.., gue nggak sama dia.
Ketika gue mulai menulis, gue jadi
kepikiran soal nama. Nggak bakalan asik kalo gue pakai nama asli, gue harus pakai
nama yang cocok untuk pasangan ini. Setelah mikir lama. Gue pun mentok. Blank.
Nggak nemu nama yang pas. Gue mundur. Berhenti nulis untuk nyari sebuah nama
yang tepat.
3. Ningsih Memberikan Sebuah Karakter Berbeda.
2 bulan kemudian. Gue menemukan nama
yang cocok untuk gue dan gebetan (atau orang yang lagi dekat sama gue). Sama
seperti nama BLOG gue.., Aku sama Kamu. Maka gue mendapatkan nama yang pas,
yaitu; Sapri sama Ningsih.
Nama Sapri gue dapat dari acara televisi
yang masih gue ingat banget suka baca pantun, masak air biar mateng - masak air biar mateng. Gue nggak tahu
kenapa setiap hari dia selalu masak air. Mungkin dirumahnya cuma ada sumur. Atau
mungkin dia tinggal di tengah keramba. Gue juga nggak tahu yee.
Sedangkan nama Ningsih gue dapat dari
BLOG-nya Mas Alitt Susanto, penulis buku Relathionshit. Kalo dia pakai nama Supri
sebagai peran cowoknya, gue pakai nama Sapri untuk peran cowok. Cuma nama
ceweknya aja yang sama.., Ningsih. Mantab!!!
Kenapa
kok nama pemeran ceweknya Ningsih?
Gini ya, sekarang pikir aja, kalo nama
pemeran cowoknya Sapri, sedangkan nama ceweknya Monalisa Sayang Mamah. Nah,
Sapri pasti dikira tukang culik anak, atau dukun cabul. Sumpah nggak cocok!
Jadi, menimbang nama Sapri dan pasangannya, maka Ningsih lah yang lebih
cocok... Horeeeee... Jujur gue kasihan sekali sama Ningsih.
22 Januari 2014 jadilah Cinta Dalam Kode. Versi Sapri
sama Ningsih. Versi Gue sama Dia.
4. Ningsih Terlalu Hambar Untuk Cerita Biasa
Tanggal 25 Januari 2014 cerpen tentang
Sapri dan Ningsih yang berjudul Love is Zero selesai
gue buat. Ini adalah cerpen fiksi pertama yang gue tulis dan sebenarnya
terinspirasi dari film Sex is Zero (film dewasa). Jadi Sapri dan Ningsih punya
2 cerita, yaitu: Fiksi dan Nonfiksi.
Setelah itu gue merasa hambar, ada
sesuatu yang menjanggal di hati gue. Nggak seharusnya Sapri dan Ningsih main
sinetron begini (Fiksi). Gue mau Sapri sama Ningsih berada pada cerita yang
nyata. Yang benar-benar udah kejadian. Yang REAL! Nggak dibuat-buat oleh gue
sendiri. Gue ngerasa peran Sapri sama Ningsih kurang cocok bila gue tulis dalam
sebuah cerita Fiksi. Rasanya terlalu dibuat-buat. Sedangkan yang gue mau adalah
Sapri sama Ningsih benar-benar ngejalani hubungan mereka sendiri. Nggak ada
yang ngatur dan nggak ada yang bisa nebak. Iya kecuali Tuhan.
Setelah menulis cerpen Love is Zero.
Gue memutuskan untuk tidak memakai nama Ningsih pada peran cewek di cerpen
berikutnya. Silahkan baca Happy Wedding Mytha. Beruang Kesepian. One Day I’ll Marry You. Dalam ketiga cerpen itu, Sapri sudah tidak
berpasangan dengan Ningsih, melainkan bersama peran wanita lain.
Gue menunggu momentum yang tepat untuk membuat
Ningsih muncul dan membuat banyak laki-laki jatuh cinta karena kepolosan dan
kehebatan hatinya. Gue masih nggak mau peran Ningsih yang spesial tergantikan.
4. Gue jarang tidur tanpa mendoakan
Ningsih. Gue mau, Ningsih keluar dalam cerita, lalu menjadi nyata.
Entah kapan, gue lupa. Gue pernah
ngomong ngelantur, di depan cermin. Gini... “Enak ya jadi Sapri (padahal Sapri
juga gue). Punya gebetan namanya Ningsih.” Ketika gue bilang “Ningsih”. Ningsih
yang gue mau bukan hanya pada karakter sebuah cerita. Melainkan wanita yang benar-benar bernama Ningsih. Nah disini gue mulai stres, gue jatuh cinta sama karakter yang
gue buat sendiri. Sory bukan karakter. Gue mau benar-benar jatuh cinta sama Ningsih
yang benar-benar ada. Bukan pada sebuah cerita.
5. Ningsih Adalah Gadis Yang Gue Semogakan.
September 2014 ketika ospek Mahasiswa
baru. Sama seperti cerpen yang gue tulis – Dia Orang Yang Gue Semogakan (Scane Satu). Gue
bertemu dengan Ningsih, awal kenal namanya emang bukan Ningsih sih, tapi
setelah gue kepoin, ternyata, namanya memang ada Ningsihnya. Gue nggak tahu ini
jodoh atau Tuhan memang sedang bercanda sama gue supaya gue benar-benar jatuh
cinta sama karakter yang gue tulis.
Gue tidak pernah tahu.
Tuhan menjamah doa hambanya dengan
alasan mengingatkan. Yup betul banget. Gue jatuh cinta sama Ningsih dengan cara
beda. Nggak bakalan sama dengan cara orang lain jatuh cinta. Jatuh cinta sama Ningsih punya fase-fase sendiri. (Gue akan bercerita di scane berikutnya.) Gue sama Ningsih pun
dipertemukan dengan cara berbeda. Nggak bakalan pernah sama seperti yang lain.
Bahkan ketika gue ngerasa gue nggak bisa jatuh cinta. Ningsih membuat gue jatuh
cinta dengan cara berbeda dari yang lain. Sekali lagi, Tuhan menguji hambanya. Mau
jadi apa gue nanti.
*Gue hening. Menengadah. Menatap keatas
langit. Cobaan-Mu terlalu berat Tuhan.*
Namun, gue percaya. Sapri sama Ningsih
versi gue dan dia, adalah versi yang memang sengaja Tuhan ciptakan berbeda. Kenapa
berbeda? Karena jelas nggak sama. Piyeeee tho?!
6. Bagi Ningsih.. sahabatnya adalah hal
paling berharga dalam hidupnya. Kalau sahabatnya ada pada urutan pertama, sementara dirinya sendiri pada urutan ke tujuh yang menjadi perioritasnya.
Nah, gue ada pada urutan yang ke 13. Kenapa 13? Karena 13 adalah angka sial :(
Pada Scane Satu – Gue hanya
menceritakan awal kami bertemu. Masih ada beberapa scane yang harus gue tulis.
Meskipun gue nggak tahu gimana endingnya. Gue sangat bahagia dengan prosesnya.
Mungkin semua cerita Sapri dan Ningsih, akan gue tutup pada cerpen terakhir
yang berjudul “Patah Hati Terhebat” tunggu aja setelah Scane terakhir gue tulis.
Setelah itu...
Biarkan Sapri jatuh cinta dengan
Ningsih yang lain (:(