Selasa, 05 Mei 2015

Permohonan Maaf Untuk Orang Yang Gue Sayang - Yang Tuhan Ciptakan Untuk Tidak Dimiliki


Gue duduk dilantai, didepan gue aplikasi MS Word terbuka tanpa tulisan. Masih kosong. Gue mau nulis apa masih bingung. Dan tiba-tiba atas mimpi buruk hari ini. Gue kepikiran dia, teman yang sekarang jadi sangat membenci gue atas hubungan yang menurut dia nggak baik. Sementara gue, tanpa kenal malu, keukuh untuk bertahan.

Dua minggu yang lalu, atau tepatnya ditengah bulan April 2015. Gue menjadi sangat dekat dengan dia. Sayang, gue dan dia harus berpisah. Gue terlalu besar kepala. Gue mengira apa yang gue rasakan juga dia rasakan. Nyaman yang gue rasakan, tidak  seperti yang dia rasakan. Bagi dia, hubungan yang kita jalani itu salah.

Dan gue terlalu brengsek untuk dia.

Dia adalah teman dari cewek yang dulunya gue suka. Gue menyerah kepada temannya karena temannya sudah punya pacar dari awal kita ketemu. Gue nggak mungkin berdoa supaya dia putus dari pacarnya. Gue nggak sejahat itu.

Lalu dia datang, dimana dia selalu ngehibur gue. Nggak butuh waktu lama untuk suka sama dia. Ketika gue butuh bahu untuk cerita, dia ada. Gimana pun gue bercerita, dia selalu mendengarkan cerita gue dengan ikhlas, tulus. Walau gue nggak pernah tahu, dia nggak nyaman didekat gue karena dia tahu, gue adalah orang yang awalnya menyukai temannya. 

Nggak bisa ngedektin temannya, bukan berati gue menjadikan dia pelampiasan. Sedikitpun gue nggak pernah berpikir kalo dia adalah pelampiasan. Karena bagi gue, dia adalah orang yang sangat gue sukai. Alasan kenapa gue sangat menyukai dia, karena dia menjadi sangat nyaman sekali bagi gue. Dia ngasih gue kenyamanan yang belum pernah gue terima dari siapapun selama bertahun-tahun ini. Gue luluh. Merelakan hati gue kepada dia.

Gue jatuh cinta sama dia. Jatuh cinta sangat dalam

Setelah usaha mempertahankan hubungan teman yang kami jalani. Gue dan dia berakhir jadi musuh. Dia menganggap gue musuh karena gue tidak bisa memegang amanat yang dia berikan kepada gue. Agak menyedihkan juga, gue sayang sama dia. Tapi dia sangat membenci gue.

Gue sedang ditegur Tuhan lewat dia karena tidak bisa menjaga amanat yang dia titipkan.

Gue sadar, usaha yang gue lakukan untuk mendapatkan hatinya adalah hal paling bodoh. Gue nggak sadar, kalo dia nggak pernah menganggap gue, karena baginya temannya adalah hal paling spesial. Sedangkan gue bukan apa-apa. Gue hanya perusak yang datang lalu ingin merebut hatinya.

Gue nggak menyalahkan dia yang memilih temannya. Hanya gue aja yang nggak tahu diri, nggak pernah peduli tentang bagaimana perasaan dia.

Suatu saat nanti ketika dia bersama orang lain, gue pasti akan terluka. Gue pasti akan nangis ngais tanah, atau mungkin nyayat tangan gue pakai silet tajam. Tapi gue nggak akan menyalahkan dia. Sedikitpun nggak akan. Karena gue tahu, dia akan lebih nyaman bersama orang baru yang menyamankan hatinya. Dan gue hanyalan orang usang yang membosankan.

Bagi dia mungkin gue adalah hal paling usang, brengsek, kepedean, dan bodoh bagi dia. Jadi bersama orang lain adalah cara menjauhi orang seperti gue. Gue cukup sadar walau rasanya sakit sekali. Sangat sakit sampai rasanya ngemis didepan dia bukanlah jadi hal yang berat.

Belajar dari Nobita di film Stand By Me Doraemon.

Hati gue jadi hancur berserakan. Kata-kata Nobita membuat gue semakin tidak bisa tidur pulas, sama seperti catatan ini yang gue tulis pukul 4 subuh. Gue terbangun karena bermimpi buruk. Mimpi jauh dari dia. Mimpi yang mulai dari malam ini hingga seterusnya akan jadi sebuah kutukan karena dia meninggalkan gue. Karena kebodohan gue. 

Jika dia nggak bahagia disamping gue, kenapa gue harus memaksa dia ada disamping gue. Bagi gue dia adalah hal paling menyamankan. Tapi untuk apa dia tersenyum, kalo hatinya terluka. Untuk apa dia tertawa seandainya hatinya berduka. Gue nggak mau jadi sekejam itu. Gue tidak pernah ingin dia mencintai gue karena gue sangat menyedihkan bagi dia. Walau akhirnya, dia mengasihani gue karena gue memang sangat menyedihkan. Gue hanya seperti anjing yang berlari ditengah-tengah hujan yang akhirnya berteduh dirumahnya. Sementara anjing itu dengan tidak tahu diri ingin tinggal bersamanya.

Gue sangat menyedihkan sampai diludahipun sangat nggak pantas.

Karena gue sangat menyayangi dia. Gue akan berdoa untuk kebahagiaannya dengan siapapun pilihannya. Dan gue hanya harus merelakan. Merelakan seseorang yang sangat gue sukai. Merelakan seseorang yang sangat ingin gue miliki seumur hidup.

Jujur, gue sangat sayang sama dia. Dia adalah teman terbaik yang membuat hati gue hidup lagi setelah bertahun-tahun lama sendiri. Gue sangat nyaman sekali sama dia. Bagi gue dia adalah rumah untuk pulang, rumah untuk bercerita, rumah untuk mengaduh, rumah untuk tertawa, rumah untuk bersedih, dan rumah untuk berdoa.

Sayang, gue bukanlah rumah bagi dia untuk pulang.

Semakin bersama dia, rasanya gue jadi semakin jatuh cinta sama dia. Perasaan kecil yang tumbuh jadi semakin besar, lebih besar dan terus membesar. Sementara dia, semakin mencoba bersama gue rasanya jadi semakin sakit. Sama seperti pisau yang dia tusukkan didadanya saat bersama gue.

Gue jadi sangat jahat memaksa dia bersama gue.

Gue pasti akan berdosa dan dikutuk keluarganya karena memaksa dia menyukai gue.

Cukup.

Gue nggak akan membuatnya terluka lagi!

Ironis. Gue menulis ini untuk orang yang sangat gue cintai setengah mati tapi dengan ikhlas harus gue relakan. Hahaha. Tertawa adalah obat paling hebat untuk patah hati meskipun hanya pura-pura.

Gue meminta maaf atas semua kesalahan yang gue buat untuk kamu. Gue nggak bisa melihat apa yang kamu rasakan sekarang. Gue terlalu egois, terlalu serakah sampai gue hanya mementingkan perasaan gue sendiri. Sementara kamu, harus terluka ngejalani semuanya sama gue. Dengan semua yang gue lakukan.

Tolong kutuk gue. Sumpahi gue. Karena cuma ucapan maaf yang bisa gue tulis. Umpat gue. Sumpahi gue untuk mimpi buruk setiap malam jika seandainya gue berani-berani ganggu hidup kamu dan teman kamu lagi.

Maaf karena brengsek di depan kamu.
Maaf karena udah ngecewain kamu.
Maaf untuk kebodohan gue.
Maaf untuk semua kesalahan yang gue lakukan.
Maaf.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar