Selasa, 17 Februari 2015

Waktu is Kampret


GUE tidak pernah ingat, kapan "waktu" mempertemukan gue dengan "dia".

Mirip layang-layang putus yang mengikuti arah angin. Gak pernah tahu dimana takdir akan membuatnya tersangkut.

Sama seperti hati yang gak tahu, akan jatuh cinta sama siapa.

Seperti potongan kata John Green di film The Fault in Our Stars. "Aku jatuh cinta padamu seperti aku tertidur. Pelan-pelan, kemudian sekaligus." Artinya, sudah jatuh, tertimpa tangga. Sudah sayang, cinta pula.

Lebay.., Salah, cinta gak kenal kata lebay.

Waktu hanya berhenti seenak takdirnya untuk jatuh cinta. Gue suka sebal, kalo harus jatuh cinta sama gadis polos yang kepalanya keras kayak batu. Untuk mecahin batu yang keras butuh banyak tenaga dan ketabahan. Kesabaran dan ketulusan. Kadang sampai berdarah-darah. Dan, hasilnya gak selalu seperti yang gue ingin.

Mirip sekotak coklat yang gue gak tahu isinya apa. Bisa aja isinya bom. Bisa aja coklat yang rasanya kayak eek ayam. Dan, mungkin, memang benar-benar coklat yang rasanya manis. Karena sibuk makan coklat manis, lupa sikat gigi, jadinya berlubang.

Jatuh cinta secara berlebihan juga gak baik.



Gue suka ngambek sama waktu yang mempertemukan "kita" dikeadaan yang salah. Dia yang sudah punya hubungan. Dia yang jauh, oleh jarak. Dia yang punya teman dekat, lebih dekat dari gue yang menyukainya. Sementara gue, gak ada harapan untuk maju.

Selangkahpun.

Miris.

Waktu memang hal paling rese. Gue suka dipaksa untuk jatuh cinta sama Putri Pegasus. Sedangkan gue hanya orang dari kasta bawah. Gak ngerti apa itu kasta bawah? Lo tahu Gembel? Nah gue ada dibawahnya Gembel.

Waktu mewajibkan gue untuk jatuh cinta sama cewek sepopuler artis dikampus. Sementara kalo dia lewat, banyak orang mangap kayak orang bego. Lah gue sendiri ngapain? Ngumpet dibawah kolom. Nyoba nahan kentut biar gak malu-maluin.

Lalu merenung.

Dan waktulah yang bikin gue jadi cemen didepan banyak orang, termasuk temen-temen gue sendiri.

Waktu adalah hal paling gembel yang gue benci untuk jatuh cinta. Waktu gak pernah bisa diajak berdamai. Sukanya ngajak berantem. Dan waktu gak pernah kalah. Dia cuma ngasih gue dua pilihan. Maju untuk deketin. Atau mundur, lalu move on sambil makan bangke dibawah tower.

Cuih.

Gak ada sempak yang pas diselangkangan. Eh, ini pepatah ngawur. Oke lupakan.

Maksud gue, gak ada waktu yang menakdirkan gue, untuk jatuh cinta dikeadaan yang tepat. Semuanya serba cepat. Lalu lambat menyadari kalo gue udah telat. Gak ada sempak,- aissh lupakan.

Gue harus move on. Maju kedepan sambil ngais tanah dikuburan. Ironis. Gue butuh cinta, tapi suka benci luar biasa. Cinta emang kampret. Sory, waktu emang kampret.

Sekali, kali, gue mau ngomong sama waktu. Tolong bawa gue ketakdir yang tepat. Dimana gue dan "dia" jatuh cinta di keadaan yang pas. Kayak SPG pertamina yang selalu bilang. "Mulai dari NOL ya."

Minimal, waktu mempertemukan "gue" dan "dia". Tanpa, harus peduli dengan masa lalu kami masing-masing. Dan "kami" bisa saling bahagia bersama waktu dan takdirnya.

Amin.


Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar