Selasa, 07 Juni 2016

Kayuhan Sepeda Tua (part 4)


.
Mula-mula gue berjalan tanpa takut, namun setibanya didepan pintu gerbang. Kaki gue berhenti, seperti tertanam di dalam dasar tanah. Gue melihat ke arah kanan dan kiri, seolah aman, gue terlihat seperti pencuri yang akan mengambil pakaian dalam wanita dikosan putri. Dengan satu tarikkan napas, gue mendorong pintu gerbang dengan perlahan, pelan-pelan, tapi pasti, sedikit menahan dorongan supaya tidak menimbulkan suara dencit yang mengganggu penghuni kosan. Langkah pertama pun sukses.
.
Lagian gue hanya mengantarkan makanan, apa salahnya pikir gue. Sambil menenteng jas almamater, gue berjalan gagah berani. Sungguh maling yang tak kenal takut.
.
Baru sampai di depan pintu kamarnya, gue langsung menemukan dia sedang mengobol berdua bersama temannya. Gue hening. Mampus, gumam gue, sambil keluar keringat dingin. Dia lalu menghampiri gue dengan heboh, "Kamu kesini naik apa? Aku BBM kok gak kamu buka? Kamu masih marah? Kamu capek? Kamu mau teh anget?" tanyanya, begitu khawatir.
.
Gue tersenyum, lagi-lagi, setelah seharian penuh kesialan, lelah gue runtuh saat berhadapan dengannya. Dengan kamu ♡.
.
Gue mengeluarkan isi dalam tas. "Aku bawain kamu nasi bungkus, lauknya telur. Kamu pasti belum makan?"
.
Dia menerima tanpa bertanya.
.
"Yasudah ya, aku pulang." Gue akan berlalu sebelum tangannya memegang tangan gue.
.
"Kamu masih marah? Kenapa BBM ku gak kamu balas?" tanyanya dengan gelisah.
.
"Paketanku habis kali," Gue ngeles sebisanya.
.
"Terus ini kamu pulangnya naik apa?"
.
"Aku jalan kaki, kunci motorku hilang nggak tahu dimana," kata gue datar.
.
"Aku antar kamu pulang ya, tunggu sebentar." Dia masuk ke dalam kamarnya, mengambil jaket dan helm.
.
"Tapi aku malah ngerepotin kamu. Aku jalan kaki aja gak papa." Gue memutuskan memang ini yang terbaik.
.
"Kamu belikan aku makan juga sudah ngerepotin kamu. Sekarang gantian aku yang bantuin kamu. Ayok!" paksanya dengan tegas.
.
Gue mengalah, merelakan kaki dan badan ini diantarkan dia pulang. Kaki gue sudah lelah. Mungkin emang dia jalan satu-satunya bagi gue pulang.
.
Bukan, bukan hanya untuk pulang. Dia adalah jalan satu-satunya, bagi gue untuk kembali.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar