Aku memikirkan setiap kata yang ingin aku tulis. Satu paragraf, mungkin salah, satu kalimat mungkin tak layak. Lalu, aku mulai menetapkan tekad. Aku harus, membuat kamu, percaya. Cinta, adalah sebagian dari aku, yang kamu bawa.
Kadang, aku benci, memikirkan kamu, disaat aku merenung. Membayangkan kamu tersenyum lalu berucap manja. Berlari, tergesah-gesah, seperti anak kecil. Mengejar mentari sore yang segera padam. Membuat ku merindu, tak biasa.
Kadang aku suka mengawasi mu. Mengawasi, lembut halus, kulitmu diangan. Setiap helai rambut yang terbang. Setiap senyum yang kamu pamerkan.Sedetik, dua detik, satu menit. Ragaku goyah oleh penantian. Akankah, kamu, kembali, pada dimensi khayal. Dimensi, dimana aku, dan kamu dapat bersatu.
Lalu, sekumpulan awan jingga tergores pelangi semu. Pelangi cinta, sedarahnya. Ku mulai mengejar. Mengejar kamu yang membawa segalanya. Kamu adalah ragaku, dilain raga. Kamu adalah jiwaku ,dilain jiwa. Di satu hati, di beda tubuh.
Dan kamu seperti penari sore dikereta. Tersenyum manja membawa topi pramuka. Berkalung kreasi, tertulis jelas namamu di karton kertas, warna. Pemberiian kalung itu, seperti pidakan untuk mengayun manja. Mengayun hati yang benci akan jatuh cinta.
Kamu tidak akan tahu. Di saat gelap malam, cintaku mulai tumbuh. Mulai menerang, seperti warna alam yang tak pernah bias. Bukan warna pulas yang tumpul. Bukan warna krayon yang mudah hilang. Tapi seperti warna rembulan, ditengah awan gelap. Seperti kamu yang memberiku warna kehidupan. Warna yang tersimpan erat dalam dekap.
Kamu tidak harus tahu. Bahwa cinta ini mulai menyakitkan. Mulai menggrogoti setiap helaan napas yang kamu beri. Rasanya menyakitkan, seperti hunusan es didekat persendian. Sesakit, saat kita, tidak bersama. Sesakit, saat tulang rusuk ku, berubah menjadi kamu.
Untuk kamu yang rusuknya terpisah dariku. Dalam sepinya malam, angin sepoi, mendesah riang. Sejujurnya, aku takut melihatmu menjauh. Aku takut cinta ini menyakitkan. Aku takut, cinta ini tak terbalas. Oleh, kamu.
Dari Aku Yang Sayang Kamu