Hari ini Sapri sedang ada acara reunian
bersama teman SMP-nya dulu. Sapri datang terlambat karena ia harus memberi
makan ternak-ternaknya. Selain berkuliah, Sapri juga bekerja part time sebagai peternak dan
penggembala kambing. Bagi Sapri, tidak ada yang lebih nikmat selain jerih payah
sendiri.
Karena tahu sudah terlambat,
Sapri pun semakin kencang mengayuh sepeda bututnya. Sapri ngos-ngosan,
keringatnya kemana-mana. Untung betis kesayangannya tidak meledak kayak gas
elpiji 3 KG.
Setelah sampai di rumah Ipul,
salah satu teman Sapri di SMP. Sapri langsung memakirkan sepeda bututnya di
antara mobil-mobil mewah milik teman-temannya. Sapri tidak gengsi, apalagi
malu. Lagi pula, buat apa gengsi dan malu, sepeda butut ini adalah peninggalan
kakeknya yang telah tiada. Sapri selalu bangga dengan sepeda itu.